Setangkai
Tulip di Amsterdam
“Godzijdank, ik hou van hem”
Disuatu kota yang indah di Belanda, hiduplah seorang laki
laki bernama Cornelis Van Der. Ia tinggal dikota Den Haag bersama kedua orang
tua dan kakek neneknya. Ia sangat disayang oleh keluarganya disamping ia tidak
punya adik ataupun kakak, anak yang biasa dipanggil Cornelis ini saking
disayangnya, ia selalu dikekang oleh kedua orangtua nya alias orangtua nya
bersifat “strict parent” kepadanya. Cornelis merasa bahwa ia sangat
sulit untuk bernafas dalam artian ia juga ingin seperti teman temannya yang
lain yang tidak pernah dikekang sama sekali oleh orangtua nya. Pada saat itu,
suasana sore hari yang indah memaksa Cornelis untuk keluar rumah. Ia pun
berkata dalam hati “Tuhan, kenapa sih hidupku gini banget.. gak ada yang lebih
baik dari ini kah?” katanya sambil merenug di jendela kamarnya sambil menatap
kearah taman kota yang dipenuhi banyak anak anak remaja dan orang dewasa yang
dihiasi dengan bunga tulip yang indah. Tiba tiba sang ibu pun membuka pintu
kamarnya dan berkata “Cornelis, ayo turun makan malam sudah siap!” “Aku nggak
lapar, Ma..” “Kamu ini kenapa sih?! Ayo turun atau kamu mama hukum!” sang ibu
pun pergi sambil membanting pintu kamar Cornelis. Namun Cornelis tidak
menghiraukan ibunya, ia sudah biasa menghadapi ibunya yang super keras itu
kepadanya. Cornelis pun beranjak keluar kamar. Ia mendapati ruang makan sudah
sepi, ia pun mengambil makanannya dan duduk di sofa ruang tengah. Sang kakek
pun menghampiri cucunya yang sedang menikmati makan malamnya dengan wajah kesal
khas nya itu. Sang kakek pun berkata “ Dimarahi mama mu lagi ya?” katanya
dengan lemah lembut, namun Cornelis tidak menjawabnya karena masih kesal.
Kakeknya pun tersenyum dan memegang lembut bahu Cornelis yang seketika membuat
Cornelis lupa akan marahnya kepada ibunya. Lalu sang kakek pun berkata “Cornelis,
suatu saat kamu pasti bakal ngerti kenapa mama dan papa kamu memperlakukan kamu
seperti ini. Kakek tahu perasaan kamu pasti sakit banget dan gak akan hilang
sampe kapanpun” “Tapi emang kenapa sih kek aku diperlakukan kayak gini terus?” “Nanti
kamu juga akan tahu, Nak..” Cornelis pun tidak mengerti apa yang kakeknya
ucapkan padanya. Keesokan harinya, ia beserta keluarganya pun pergi ke gereja Maria van Jessekerk untuk beribadah. Ia mendapatkan
ketenangan disana sembari ia berdoa kepada tuhan “Wahai Bapa yang ada di surga,
berikanlah aku tempat ternyaman dimana aku bisa bernafas lebih lega disana,
tanpa adanya kekangan sama sekali dari siapapun apalagi dari kedua orangtua ku,
kabulkan lah doa dari anak mu ini.. amen..” katanya dengan tangan yang ia kepal
didepan dada nya sambil menatap lekat kearah patung salib Yesus Kristus dan
sebuah lukisan Bunda Maria. Setelah beribadah di gereja, Cornelis pun bertemu
dengan teman temannya yang beribadah satu gereja dengannya, mereka adalah teman
kecil sekaligus sahabat dekat Cornelis, mereka adalah Lucas, Hendrick, Aiden,
dan Alex. Saat itu, Cornelis melihat teman temannya yang sibuk dengan kegiatan
mereka masing masing dan ia pun menghampiri teman temannya dan berkata “Hallo,
vrienden..” yang artinya “hai teman teman” dalam bahasa Belanda. Teman
temannya pun melihat Cornelis yang sudah berdiri didepan mereka sembari menyapa
mereka, Aiden pun berkata “oh mijn god!, kamu udah
disini syukurlah akhirnya kita bertemu!” katanya sembari memeluk erat Cornelis.
“Cornelis sahabatku yang baik hati dan tampan ntar malem kita pergi ke funfair
yuk.. banyak hal baru yang bisa kita temui” “Ayo lah, masa iya udah sebesar ini
masih di kurung sama orangtua?” kata Alex mendesak Cornelis. Aiden dan yang lainnya
berharap Cornelis bisa ikut bersama mereka ke funfair sejak terakhir mereka
tidak pernah pergi bersama lagi sejak Cornelis ketahuan berpacaran di funfair oleh
ibunya saat musim dingin sebelum natal tiba.
Ø Flashback On
Disuatu
malam disebuah taman hiburan atau yang biasa disebut dengan funfair dikota
tempat ia tinggal, ia dan teman temannya pergi kesana untuk mencoba permainan
wahana baru. Saat itu Cornelis sedang berkencan dengan seorang gadis keturunan
jepang bernama Namira Hana Aiko yang kebetulan sedang tinggal disana untuk
beberapa waktu kedepan. Cornelis dan Aiko menaiki sebuah bianglala dan melihat pemandangan
yang indah kota Den Haag dari atas sana. Ia menatap langit malam yang indah yang
dihias bulan dan bintang dan ia pun berkata kepada kekasihnya “ Itoshi anata~
kamu tahu gak? Kamu orang yang paling aku cintai selama ini, kamu bikin
hidup aku berwarna dan berarti buat aku” katanya sembari gombal kepada
kekasihnya tu. Aiko yang sedari tadi tersenyum sambil bersandar manja di tubuh
indah Cornelis sambil mengelus eluskan kepala nya dengan lembut bagai seekor
kucing. Teman temannya yang berada dibawah bianglala pun merasa geram dan kesal
karena mereka terus diabaikan oleh sahabatnya itu. Aiden yang sudah geram
dengan semua itu berkali kali meremas kencang hingga hancur es krim yang ada di
tangannya dan beberapa kali juga Lucas membantu Aiden membersihkan es krim
ditangannya. Tiba tiba Alex berkata “Sudahlah, ayo kita tinggal pulang aja si
bajingan itu!” katanya dengan nada marah khas nya lalu Hendrick berkata “Iya Lex,
kenapa kita gak tinggal aja dia?agian juga dia msih sibuk dengan perempuan
jepang itu.” “lama lama ik muak sama jepang heuh!” “Oh tuhan, kenapa
harus begini banget si??” Setelah dua orang yang bucin itu turun dari
bianglala, Cornelis dan Aiko pun berpelukan dan tiba tiba tanpa ia sadari ada
ibu dan tante nya yang juga naik bianglala tepat dibelakang mereka. Ibu
Cornelis yang bernama Martha dan tante nya yang bernama Marten sedari tadi
sudah melihat anak dan keponakannya itu berpacaran namun mereka tetap diam dan
memperhatikan. Aiden dan yang lainnya pun merasa ketakutan ketika melihat Martha
mendekat kearah dua orang bucin itu. Marten pun menoleh kearah Aiden dan yang
lainnya sambil memberikan isyarat menempelkan jari telunjuk di bibirnya untuk
jangan berisik atau mengatakan apapun kearah Cornelis. Setelah berpelukan,
Cornelis hendak mengecup kening Aiko tiba tiba Martha datang dan langsung
menarik telinga Cornelis dengan kencang lalu menyeretnya pulang dan
meninggalkan Aiko. Martha sangat marah dengan Cornelis dan Aiko, ia bahkan
menatap Aiko pun tidak mau bahkan melemparkan tatapan benci kepada anak itu
yang padahal ia tidak bersalah. Martha pun memarahi Cornelis habis habisan ditempat
yang agak jauh dari Aiko dan Marten. Aiko yang sudah merasa tertekan pun
menangis sambil terduduk disebelah Marten, lalu Marten pun berkata “Udah..
jangan nangis cantik.. cowo kamu gak bakal diapa apain kok cuma dinasehatin
doang sama mama nya” “Watashi gak nyangka ternyata akhirnya bisa begini..”
Marten pun menenangkan Aiko dan memintanya untuk menghubungi orangtua nya dan memintanya
untuk pulang dan beristirahat. Aiko pun menelfon ibunya dan tak lama kemudian
ibunya pun datang menjemputnya dan membawanya pulang. Aiko pun menatap lekat
kearah Cornelis yang sedang dihabisi oleh ibunya itu lalu ibunya Aiko pun
berkata “ Nazedesuka?” “Daijōbuda yo okāsan...” ibunya pun
mengerti atas apa yang terjadi dengan anaknya, lalu ia pun pulang bersama Aiko.
Aiden dan teman temannya pun mengikuti Marten, Martha dan Cornelis pulang
kerumah. Selama diperjalanan semua teman teman Cornelis memikirkan bagaimana
nasib sahabatnya itu kedepannya, hingga akhirnya sampailah mereka di rumah
Cornelis. Aiden dan yang lainnya hanya duduk diluar sembari menunggu Cornelis
keluar. Aiden dan Lucas melihat Cornelis yang habis diberi hukuman oleh kedua
orangtua nya, kakek nenek dan tante nya pun berusaha untuk menahan untuk tidak
terlalu menyiksa Cornelis terlalu keras, namun Martha dan ayah Cornelis yang
bernama William Van Der tidak mau mendengarkan perkataan mereka. Martha bahkan
sampai tega mendorong Marten agar ia bisa menyiram Cornelis hingga basah kuyup
dan kedinginan yang kebetulan saat itu udara sedang bersuhu dingin. Aiden dan
Lucas pun tak tega melihat perlakuan orangtua nya yang katanya sayang kepadanya,
Hendrick dan Alex pun terkejut melihat kedua sahabatnya itu menangis di ujung
jendela rumah Cornelis. Hendrick dan Alex juga merasakan iba yang begitu dalam
atas apa yang terjadi dengan sahabatnya itu. Alex dan Hendrick juga tidak
menyangka padahal Cornelis selalu bermain rapih dalam urusan percintaan, tapi
tidak kali ini. Mereka pun merasa sedih dan bersalah. Tak lama kemudian,
Cornelis pun keluar untuk menemui teman temannya. Aiden dan yang lainnya pun
segera menghampiri nya dengan tatapan mata sembab kearah Cornelis yang sudah mengganti
pakaian nya dengan baju santai ala dirinya. Cornelis pun duduk di teras
rumahnya menatap kosong kearah jalanan yang di penuhi oleh salju yang indah.
Aiden dan teman temannya pun memeluk erat Corneis sebagai tanda persahabatan
mereka dan berusaha menenangkan Cornelis, namun Cornelis masih tetap merasa
gelisah. Lucas pun berkata “Ayo, besok kita ke gereja buat selesai in masalah
ini” Cornelis pun berkata “ Ayo..” katanya dengan tatapan kosong.
Ø Flashback Off
Cornelis
pun tidak bisa membayangkan seperti apa ibunya nanti jika tahu bahwa ia akan
pergi kesana dengan teman temannya. Lalu Lucas pun berkata “Gak apa apa, nanti
biar aku yang bilang ke mama mu, Cor” Cornelis
yang mendengar itu pun hanya bisa menggangguk pasrah. Malam hari pun tiba,
Cornelis pun sedang bersiap sembari menunggu teman temannya datang.
Komentar
Posting Komentar